IPNews. Jakarta. Berakhir sudah perjalanan Patrick Kluivert bersama tim nasional Indonesia. Impian tim Merah Putih untuk pertama kalinya bermain di Piala Dunia tak bisa diwujudkan pelatih asal Belanda ini. Wajar kalau Kluivert dituntut mundur. Masuk akal juga PSSI jadi sasaran kekecewaan dan kemarahan publik sepakbola Indonesia.
Nasi sudah menjadi bubur. Tak ada gunanya meratapi kekalahan dan kegagalan. Tak perlu juga saling menyalahkan, apalagi menghujat sana-sini. Pandangan saya, semua unsur di PSSI mulai ketua umum, manajer timnas, dan para pemain sudah berupaya maksimal. Hanya saja belum berhasil memetik hasil yang diinginkan.
Yang dibutuhkan sekarang ini adalah menatap ke depan dengan harapan baru. Harapan yang dapat diterima masyarakat. Tidak perlu muluk-muluk. Bertahap. Itu akan jauh lebih baik.
Kini, yang ditunggu-tunggu, adalah siapa pelatih baru pengganti Kluivert?
PSSI tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam menunjuk pelatih. Sosok pelatih baru harus benar-benar kredibel. Punya rekam jejak yang jelas; pernah melatih tim nasional dengan catatan prestasi yang bisa dijadikan ukuran keberhasilan yang bersangkutan. Jangan seperti Kluivert yang hanya punya nama besar sebagai pemain, tapi tak cukup pengalaman menangani sebuah tim nasional.
Saya tidak ingin menyebut siapa sosok kandidat pelatih baru untuk tim nasional. Di luar sana banyak bertebaran pelatih hebat dan berpengalaman. Pelatih yang masih fresh. Bukan yang sudah uzur. Biarlah PSSI yang menentukan sendiri siapa sosok yang pas. Mereka punya kritera seperti apa figur yang tepat membidani tim nasional.
Selanjutnya tentukan target. Sederet event sudah menunggu di depan mata. Ada Piala AFF 2026, Piala Asia 2027, dan berikutnya tentu Pra Piala Dunia 2030. Apa yang ingin dicapai PSSI terkait dengan agenda tim nasional tersebut.
Kita sudah memiliki materi pemain timnas yang mumpuni. Mereka butuh waktu yang lebih banyak untuk menjadi lebih kuat. Dan, kesempatan berkumpul lebih lama menyongsong event yang akan dilakoni, tersedia. Tinggal bagaimana waktu yang ada tersebut benar-benar bisa dimanfaatkan dengan baik.
Tak berlebihan memberikan target kepada timnas meraih juara Piala AFF 2026. Ingat, Indonesia sudah bolak-balik menjadi langganan finalis, tapi belum sekalipun mencicipi gelar juara. Di saat seluruh pandangan negara Asia Tenggara ditujukan kepada Indonesia, saat tampil sebagai satu-satunya wakil kawasan yang berlaga di round 4 kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, lumrah apabila timnas bakal difavoritkan di AFF.
Piala AFF jadi tantangan buat PSSI. Juara bukanlah target mengada-ada. AFF bisa jadi tolok ukur kekuatan timnas. Itu sekaligus untuk modal bagus menghadapi Piala Asia tahun berikutnya.
Di Piala Asia 2027 pun PSSI harus berani menetapkan target. Jangan sekadar numpang lewat. Pada Piala Asia 2027 di Arab Saudi mendatang Indonesia harus dapat melebihi catatan Piala Asia 2023 di Qatar. Saat itu Indonesia di bawah pelatih Shin Tae-yong sukses melangkah hingga babak kedua sebelum akhirnya takluk di tangan Australia 0-4.
Ayo PSSI, saatnya berbenah diri. Timnas harus cepat bangkit!. (Red)

