IPNews. Kendal. Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (UNDIP) yang tergabung dalam Team GreenFusion SDG’s berhasil menghadirkan inovasi pengelolaan lingkungan terpadu di Desa Sriwulan, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Kamis, (14/10/2025)
Melalui program bertajuk “Integrasi Sistem Bank Sampah Digital dan Smart Farming TOGA dengan Pemanfaatan Limbah Aren untuk Biopori dan POC serta Budidaya Maggot”, kegiatan ini menjadi wujud nyata kontribusi mahasiswa teknik terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di tingkat desa.
Langkah awal dilakukan dengan observasi lapangan dan pemetaan permasalahan lingkungan. Setiap minggu, Desa Sriwulan menghasilkan lebih dari 1.000 kg sampah organik dan 450 kg limbah peternakan yang berpotensi mencemari lingkungan.
Melalui sistem SIBISA (Sistem Informasi Bank Sampah Sriwulan), mahasiswa UNDIP mendigitalisasi proses pengumpulan dan pengelolaan sampah, mengubah limbah rumah tangga serta daun aren menjadi pupuk organik cair (POC), biopori, dan media budidaya maggot.
Langkah ini sejalan dengan SDG 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan) serta SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
Tak hanya itu, tim juga mengembangkan sistem Smart Farming TOGA berbasis IoT, di mana penyiraman dan pemupukan tanaman dilakukan secara otomatis. Limbah organik yang telah diolah digunakan untuk menyuburkan tanaman, sementara maggot dijadikan pakan ikan dalam sistem akuaponik yang efisien air.
Teknologi ini sekaligus mendukung SDG 2 (Tanpa Kelaparan), SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), dan SDG 15 (Ekosistem Darat).
Kegiatan ini melibatkan kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah desa, BEM Fakultas Teknik UNDIP, hingga Dinas Pertanian dan Perdagangan Kabupaten Kendal.
Ketua tim, Mohammad Husen Afansyah, menuturkan, “Program ini kami rancang bukan hanya untuk mengurangi limbah, tetapi juga untuk menciptakan ekosistem ekonomi sirkular yang memberdayakan masyarakat. Teknologi yang kami terapkan sederhana, tetapi dampaknya besar bagi keberlanjutan desa.”
Puncaknya, mahasiswa dan warga bersama-sama membentuk 20 rumah TOGA mandiri, mengolah puluhan kilogram limbah menjadi produk bernilai jual, serta menanam ratusan tanaman herbal dalam sistem pertanian pintar.
Dalam waktu empat bulan, tercatat pengurangan 70% sampah tidak terkelola, peningkatan kualitas lingkungan, dan peningkatan pendapatan masyarakat hingga jutaan rupiah per bulan dari hasil penjualan POC, maggot, dan ikan lele.
Sementara itu, Kepala Desa Sriwulan, Bapak Sulistyo, mengapresiasi keterlibatan mahasiswa UNDIP yang membawa inovasi tepat guna. “Kami merasa bangga dan terbantu. Mahasiswa tidak hanya datang memberi solusi teknologi, tapi juga melibatkan warga dalam setiap tahap.
Program ini membuat masyarakat lebih sadar pentingnya mengelola sampah dan bertani dengan cara modern,” ujarnya.
Melalui kolaborasi lintas sektor ini, Desa Sriwulan bertransformasi menjadi model eco-village berbasis teknologi IoT, membuktikan bahwa penerapan ilmu teknik yang berpadu dengan kepedulian sosial mampu mendorong tercapainya SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). (Red)