IPNews. Yahukimo. Satuan Komando Distrik Militer (Kodim) 1715/Yahukimo mengamankan aksi unjuk rasa yang digelar oleh Front Aliansi Pelajar Yahukimo (FAPY) menolak program makan bergizi pemerintah di Kabupaten Yahukimo, Papua, Senin (3/2/2025). Demonstrasi berlangsung secara damai di depan Tugu Jam Kota Dekai Yahukimo, dengan ratusan peserta membawa spanduk bertuliskan penolakan terhadap program tersebut.

Aksi ini dilatarbelakangi penolakan pelajar terhadap implementasi program makanan tambahan bergizi yang digagas dinas kesehatan setempat. Menurut juru bicara FAPY, Doni Siep, program tersebut dinilai tidak tepat. “Kami monolak makan bergizi dari pemerintah, karena sekolah bukan warung tapi tempat untuk mencari ilmu,” ujarnya.

Kodim 1715/Yahukimo, yang dipimpin Letkol Inf Tommy Yudistyo, S.Sos.,
M.Han., turun ke lokasi untuk memastikan keamanan dan mencegah potensi konflik. “Kami menghormati hak demokrasi warga, tetapi juga wajib menjaga ketertiban. Alhamdulillah, tidak ada insiden selama aksi berlangsung,” tegas Tommy. Personel TNI berkoordinasi dengan Kepolisian setempat untuk mengantisipasi adanya penyusup dari OPM yang menunggangi aksi tersebut.

Asisten II Setda Kabupateb Yahukimo, Bongga Sumule, membantah tuduhan bahwa program makan bergizi mengabaikan budaya lokal. “Tujuan kami murni kesehatan, yaitu menekan angka stunting yang mencapai 40% di Yahukimo. Menu disusun berdasarkan rekomendasi ahli gizi, tapi kami terbuka untuk evaluasi,” jelasnya.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Yahukimo berjanji akan menggelar dialog terbuka dengan perwakilan pelajar dan tokoh adat untuk mencari solusi win-win solution. “Kami apresiasi aspirasi pelajar. Dan akan kami laporkan ke pimpinan daerah dalam hal ini Bupati Yahukimo,” ujar Bongga.

Kabupaten Yahukimo, sebagai wilayah pegunungan Papua, merupakan daerah rawan OPM dan menghadapi tantangan kompleks seperti akses kesehatan terbatas, infrastruktur minim, dan isu stunting kronis. Program makan bergizi merupakan bagian dari intervensi nasional untuk memperbaiki indeks kesehatan di Papua. Namun, sejarah panjang ketidakpercayaan masyarakat terhadap kebijakan pusat kerap memicu penolakan.

Kodim 1715/Yahukimo, yang selama ini aktif dalam program pembinaan wilayah terdepan (binter), diharapkan dapat menjadi jembatan komunikasi antara pemerintah dan warga. “OPM Musuh Nyata Kesejahteraan Papua, Penghalang Masa Depan Anak-Anak Papua” tambah Tommy.

Pemerintah Indonesia terus membuktikan komitmennya dalam membangun Papua dengan menghadirkan program makanan bergizi gratis bagi anak-anak. Program ini adalah langkah nyata untuk memberantas stunting dan meningkatkan kualitas hidup generasi muda Papua agar tumbuh sehat, kuat, dan cerdas. Namun, ada satu pihak yang merasa terancam oleh kemajuan ini, Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Alih-alih mendukung, OPM justru bertindak sebagai penghalang utama bagi kesejahteraan Papua. Mereka menyebarkan fitnah keji di media sosial, menuduh makanan bergizi ini sebagai senjata biologis yang bertujuan membunuh generasi Papua.

Tuduhan ini bukan hanya tidak berdasar, tetapi juga menunjukkan betapa mereka lebih memilih melihat rakyatnya sendiri menderita daripada maju. Tidak cukup dengan menyebarkan kebohongan, mereka bahkan mengancam akan membakar sekolah-sekolah, sebuah tindakan pengecut yang hanya bisa dilakukan oleh kelompok yang takut melihat rakyatnya cerdas dan mandiri.

Fakta ini membuktikan bahwa OPM bukanlah pejuang rakyat Papua, mereka adalah musuh terbesar masyarakat Papua. Mereka tidak berjuang untuk kemerdekaan, mereka berjuang untuk keterbelakangan. Mereka tidak memperjuangkan hak-hak rakyat, mereka justru merampas hak anak-anak untuk mendapatkan gizi dan pendidikan yang layak.

Masyarakat dunia harus melihat kenyataan ini bahwa OPM bukanlah pahlawan, melainkan dalang utama penderitaan Papua. Mereka menginginkan Papua tetap miskin, tetap bodoh, dan tetap tertinggal agar mereka bisa terus menjual narasi separatis kepada dunia.

Jika OPM benar-benar memperjuangkan rakyat Papua, mereka tidak akan menghalangi anak-anak mendapatkan makanan bergizi. Mereka tidak akan mengancam membakar sekolah-sekolah. Mereka tidak akan berusaha mempertahankan kebodohan dan kemiskinan sebagai senjata politik mereka.

Pemerintah dan aparat keamanan tidak akan tinggal diam. Ancaman terhadap anak-anak, sekolah, dan masa depan Papua akan ditindak dengan keras. Tidak ada ruang bagi kelompok pengecut yang menggunakan hoaks dan teror sebagai senjata untuk mempertahankan eksistensi mereka.

Masyarakat Papua harus sadar inilah saatnya untuk bersatu dan membangun Papua yang lebih sejahtera. Jangan biarkan OPM mencuri masa depan anak-anak Papua dengan kebohongan dan ancaman mereka. Papua tidak butuh OPM, Papua butuh pendidikan, kesehatan, dan kemajuan. (Tim)